Mengenal Bermacam Insomnia, dari Akut sampai Kronis

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
lifedynamix.com

lifedynamix.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Insomnia merupakan gangguan tidur dengan tanda sulit tidur. Masalah bisa berlangsung singkat atau akut, beberapa hari atau minggu, sampai jangka panjang atau kronis.

Insomnia akut biasanya disebabkan oleh kejadian yang membuat stres, seperti kematian anggota keluarga, sedangkan insomnia kronis disebabkan oleh masalah medis atau psikis. Begitu penjelasan Dr. Ulysses Magalang dari Pusat Medis Universitas Wexner di Amerika Serikat.

Baca juga:

3 Cara Mudah Atasi Insomnia

Menurut National Institutes of Health (NIH), para penderita insomnia bisa merasa mengantuk di siang hari, sulit berkonsentrasi dan belajar, mudah marah, gelisah, gugup, dan depresi. Mereka juga rentan mengalami kecelakaan lalu lintas, sering tidak masuk kerja, dan kurang puas dengan pekerjaan, begitu kesimpulan yang dibuat Universitas Rochester pada Februari 2010.

Insomnia adalah kondisi yang umum dan dialami oleh sekitar 30 persen orang dewasa. Menurut tulisan di Journal of Clinical Sleep Medicine pada 2007, 10 persen orang merasa tertekan karena insomnia.

Insomnia bisa disebabkan oleh gejala atau masalah lain, yang disebut juga insomnia sekunder. Menurut NIH, penyebab insomnia sekunder di antaranya depresi, kegelisahan, gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan sakit kepala, atau gejala menopause seperti rasa panas. Bisa juga karena obat-obatan, seperti obat asma dan pilek, atau zat seperti kafein, tembakau, dan alkohol.

Ilustrasi susah tidur. shutterstock.com

Terlalu banyak terpapar sinar di malam hari, seperti dari layar ponsel atau komputer, juga bisa menyebabkan insomnia. Ada juga insomnia primer, yang penyebabnya belum diketahui secara pasti. Tapi, perubahan gaya hidup yang besar, stres berkepanjangan, atau bepergian, bisa menyebabkan insomnia primer.

Untuk mendiagnosis penderita, dokter akan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kebiasaan tidur, seperti seberapa sering mereka mengalami gangguan tidur, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bisa tidur, seberapa sering mereka terbangun di tengah malam, dan apa saja kebiasaan sebelum tidur.

Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien, termasuk masalah kesehatan, pengobatan, kondisi kesehatan mental, kebiasaan bekerja, dan apakah pasien baru saja mengalami stres. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, tes darah untuk mengecek masalah tiroid yang sering menyebabkan gangguan tidur.

Artikel lain:
Tak Perlu Pil Tidur untuk Atasi Insomnia, Coba Ramuan Alami Ini

Untuk mengatasi insomnia jangka pendek, biasanya penderita disarankan mengubah gaya hidup, seperti menghindari kafein dan zat stimulan lain, tidur dan bangun pada jam yang sama setiap hari, menghindari makanan berat, olahraga, dan cahaya terang sebelum tidur.

Buat penderita insomnia kronis dibutuhkan terapi yang disebut cognitive-behavioral therapy untuk mengurangi kegelisahan yang terkait dengan insomnia.Efek terapi ini lebih awet dibanding obat-obatan. 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."