Anak Suka Ngemil dan Jajan, Awas Diabetes

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi anak jajan. shutterstock.com

Ilustrasi anak jajan. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Obesitas pada anak dapat dihindari. Salah satunya dengan mengurangi konsumsi karbohidrat olahan. Demikian saran dokter spesialis anak dari RSCM Jakarta, dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K).

"Terapi obesitas pada usia remaja punya tingkat keberhasilan 10-20 persen saja. Kalau enggak mau keto (diet rendah karbohidrat), kurangi konsumsi karbohidrat olahan. Jajanan yang ada di minimarket, jika langsung dimakan, akan langsung meningkatkan kadar gula. Indeks glikemik akan langsung tinggi," ujar Piprim.

Baca juga:
Pengobatan Masa Depan Diabetes, Tanpa Suntik Insulin Lagi

Piprim mengatakan karbohidrat olahan seperti yang banyak ditemui di toko ritel justru memicu craving atau ingin mengosumsi sesuatu terus menerus dan tidak mengenyangkan. "Berbeda dengan makanan alami yang langsung diciptakan Allah, misalnya telur, daging, ikan dan bahan pangan lain berikut lemaknya itu mengenyangkan," katanya.

Ketika seseorang mengonsumsi karbohidrat olahan pabrik, lanjut Piprim, orang itu mampu menghabiskan makanan itu dalam jumlah banyak seorang diri.

Ilustrasi anak makan. Pixabay.com/EdMontez

"Itu namanya sugar craving. Siklusnya, insulin naik dulu, sedangkan gulanya turun. Begitu gula turun, dia lapar lagi dan mengambil (makanan) lagi," ujar Piprim.

Para ahli kesehatan menyarankan semua orang mengonsumsi sayuran dan buah meskipun tidak semua buah aman dikonsumsi bagi penderita diabetes, salah satunya pisang. Piprim mengatakan kadar gula dalam pisang tinggi sehingga justru berbahaya dikonsumsi berlebihan, apalagi oleh penderita diabetes.

Satu potong pisang besar bisa mengandung 17 gram atau 4,25 sendok teh gula. Sementara, satu cangkir buah anggur mengandung 15 gram atau 3,75 gram sendok teh gula.

"Buah mesti dicari yang nutrisi tinggi tapi enggak langsung diubah oleh tubuh menjadi gula. Misalnya alpukat, stroberi, atau buah lain keluarga beri, bengkuang, mentimun, dan buah berserat tinggi," kata Piprim.

Artikel lain:
Memahami Perbedaan Diabetes Tipe 1 dan 2, Gejala, dan Penyebabnya

 
Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."