Jangan Terlalu Sering Beli Makanan Impor, Lokal Jauh Lebih Baik

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi makanan kemasan. Shutterstock

Ilustrasi makanan kemasan. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Makanan impor memang sering menarik perhatian karena dianggap memiliki kualitas yang jauh lebih baik dibanding makanan lokal. Dari cara merawatnya, tanah untuk menanam tanaman, sampai kualitas pertanian, membuat banyak orang Indonesia yang memilih untuk membeli makanan impor untuk sehari-hari dibanding makanan lokal. Padahal, makanan lokal jauh lebih baik untuk orang Indonesia.

Mia Maria, ahli gizi kuliner, menjelaskan alasan makanan lokal jauh lebih baik dibanding makanan impor. Mia melihat kalau banyak orang Indonesia yang ingin mulai makan sehat mengira kalau makanan impor akan lebih baik.

Baca juga:
Zodiak Juga Mempengaruhi Diet, Cek Makanan yang Pas

 

“Orang bilang mau makan organik, terus beli makanan dari Australia yang organik. Padahal itu belum tentu lebih baik,” jelas Mia di Jakarta Selatan, Sabtu, 9 Februari 2019.

Makanan impor pasti harus melewati sebuah proses untuk bisa dikirim dari negara asalnya ke Indonesia. Mia menjelaskan kalau proses tersebut mengurangi nutrisi dari makanan.

ilustrasi makanan

“Pertama kita melihat makanan lokal dan organik, paling bagus malah menanam sendiri di rumah. Kalau enggak ada lokal dan organik, sebaiknya mengutamakan lokal,” lanjut Mia.

Anda bisa membersihkan makanan yang tidak organik dengan mencuci makanan tersebut menggunakan satu sendok cuka dan air. Selain nutrisinya berkurang, makanan impor juga seringkali memiliki zat kimia yang lebih banyak untuk bisa tahan lebih lama. Mia juga mengatakan kalau makanan paling baik adalah makanan di sekitar kita.

“Kita lahir di tanah ini, makanan yang cocok untuk kita adalah makanan yang di sini,” tuturnya.

Artikel lain:
2 Hal yang Perlu Diperhatikan saat Membuat Makanan Sehat

 
Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."