Rambu-rambu Berteman dengan Lawan Jenis Setelah Menikah

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi wanita berbincang dengan teman pria. shutterstock.com

Ilustrasi wanita berbincang dengan teman pria. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ketika sudah menikah tentu kita dapat berteman dengan lawan jenis. Meski menurut Zach Brittle, konselor kesehatan mental dan terapis pasangan dari lembaga konsultan hubungan antar-pasangan Institut Gottman di Seattle, Amerika Serikat, pernikahan memang akan lebih nyaman dan harmonis ketika suami atau istri berteman dengan sesama jenis.

Baca juga: Teman Dekat Menikah Bikin Galau, Ini yang Bisa Dilakukan

Pertemanan atau persahabatan dengan lawan jenis dapat memicu kecemburuan, khususnya ketika pasangan punya kedekatan fisik cukup kuat dengan teman lawan jenis. Namun tidak baik juga bagi kita untuk membatasi pertemanan pasangan, apalagi jika terkait dengan urusan pekerjaan.

Menikah juga bukan berarti berhenti menjalin pertemanan. Agar pertemanan dengan lawan jenis tetap berjalan tanpa kemungkinan merusak pernikahan, ada etikanya seperti berikut ini. 

#Perkenalkan teman lawan jenis kepada pasangan
Perkenalkan dan pertemukanlah teman lawan jenis dengan pasangan untuk menjaga perasaannya dan menumbuhkan rasa percaya. Kalau memang hanya berteman, rasanya tidak ada alasan untuk menutup-nutupi teman dari pasangan. Biarkan mereka berbincang-bincang, mengenal satu sama lain. “Setidaknya ini membuat pasangan lebih nyaman dan menghindari kemungkinan terjadi kesalahpahaman di kemudian hari,” ujar Brittle.

#Pastikan pasangan mengetahui pertemuan dengan teman lawan jenis
Beri tahu pasangan setiap kali akan bertemu dengan teman lawan jenis. Juga pastikan, sebisa mungkin, tidak melakukan pertemuan berdua saja. “Pastinya banyak pasangan akan merasa tidak nyaman bila suami atau istri makan malam berdua dengan teman lawan jenis. Bahkan, bagi saya ini agak berlebihan, apalagi di luar kepentingan bisnis. Hal-hal seperti ini harus dikomunikasikan dengan pasangan terlebih dulu, sebelum dan sesudah pertemuan,” ujar Brittle.

Boleh saja makan malam bersama di luar urusan bisnis, tapi ajak atau libatkan pasangan dalam pertemuan itu. Pertemanan atau persahabatan bisa saja berkembang menjadi hasrat lebih mendalam melalui intensitas pertemuan yang intim.

Ilustrasi pria makan bersama teman-teman. simplyme.sg

#Hindari pembicaraan bersifat pribadi
Bila pertemanan berbasis pekerjaan, pastikan tidak melenceng dari jalur profesional. Caranya, jangan terlalu banyak membawa kisah-kisah pribadi dalam hubungan dengan teman lawan jenis.

Berkomunikasilah sebatas urusan pekerjaan. Dalam bukunya, Not “Just Friends”: Rebuilding Trust and Recovering Your Sanity after Infidelity, terapis pernikahan Dr Shirley Glass mengatakan, makin banyak hal yang Anda ketahui tentang teman lawan jenis, hubungan dengan dia makin dekat dan tanpa disadari menyalakan percikan asmara. “Pembicaraan-pembicaraan personal perlahan dapat membangun ikatan emosional dan keintiman, yang bukan tidak mungkin membuka peluang perselingkuhan,” kata Glass menerangkan.

Ada informasi-informasi tertentu yang tidak perlu diketahui orang lain, sekali pun itu sahabat di tempat kerja. “Ketika tidak membagi semua informasi dengan teman lawan jenis, secara tidak langsung Anda membangun dinding, yang membatasi kemungkinan berkembanganya perasaan atau hubungan emosional dengan teman lawan jenis,” ujarnya.

Artikel lain: Tak Perlu Ragu Menikah dengan Teman, Kenali Tanda-tanda Berikut

#Konsultasikan masalah rumah tangga dengan pakar
Pernikahan tidak berjalan mulus setiap waktu. Brittle menekankan bila rumah tangga sedang bermasalah, jangan curhat atau membicarakan masalah dengan teman lawan jenis. Lama-lama ini membuat Anda lebih dekat dengan teman lawan jenis dan menjauhkan dari pasangan.

“Ketika mulai merasa teman lawan jenis lebih bisa memahami Anda, hati-hati, ini sinyal hubungan Anda dan pasangan mulai terancam. Bila memiliki masalah dengan pasangan, mintalah bantuan pakar,” ucap Brittle. 

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."