CANTIKA.COM, Jakarta - Bandung menjadi destinasi favorit banyak orang untuk menghabiskan waktu liburan. Tak hanya untuk menikmati keindahan alam, menyantap kuliner populer pun jadi tujuan banyak orang pergi ke Bandung, salah satunya menikmati kudapan d Warung Kopi Punama.
Warung kopi yang berdiri sejak tahun 1930 di Jalan Alkateri Nomor 22, Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung itu disebut masih menggunakan resep turun temurun, dengan cita rasa masakan yang tak berubah sejak pertama kali melayani pelanggan.
Selama 95 tahun, kedai kopi ini telah dipegang oleh empat generasi dan melewati beberapa zaman. Namun, hampir tak ada yang berubah dalam kurun waktu tersebut. Pemiliknya masih memakai resep keluarga serta tetap memilah menu tambahan yang tidak terlalu modern. Pengunjung juga masih bisa melihat interior ruangan bagian depan yang bergaya Belanda-Cina, sama seperti dulu.
Sejarah Warung Kopi Purnama
Kedai kopi tertua di Bandung ini pertama kali dibangun oleh pria keturunan Cina bernama Jong A Tong yang menikah dengan perempuan dari Medan. Ia sebelumnya menetap di Medan dan membuka usaha di Kota Ketua. Lalu, ia pindah ke Tangerang sampai akhirnya 1927 menetap di Kota Kembang. Di kota ini, ia membuka warung kopi sederhana bernama Tjhiang Shong She yang berarti Silakan Mencoba. Warung kopi itu juga menjadi tempat tinggal keluarganya.
Selama 12 tahun berjalan, pada 1942, warung diambil alih oleh penerusnya. Saat di bawah pengelolaan generasi kedua, pada 1962 nama Tjhiang Shong She diubah menjadi Purnama. Perubahan nama itu dilakukan karena ada larangan penggunaan nama bahasa asing saat masa Orde Baru.
Artikel Terkait:
Rekomendasi 7 Destinasi Wisata di Eropa yang Patut Dikunjungi
Aldi Yonas, penerus generasi keempat Warung Kopi Purnama, mengatakan bahwa pemilihan nama itu diambil bukan tanpa alasan. Ada makna yang diharapkan pada nama baru itu. Bukan hanya nama yang berubah. Ia juga mengubah detail kafe dengan menambahkan lampu berbentuk bulat sempurna tanpa penutup atas, mirip bulan purnama.
"Balik lagi ke filosofi keberuntungan atau hoki. Purnama itu kan bulan, bulan paling bulat, sempurna, paling terang. Jadi memang (filosofinya) faktor keberuntungan," kata Aldi yang ditemui Maret 2025 lalu, dikutip dari Tempo.
Renovasi dan Penambahan Area
Aldi menyebut dirinya melanjutkan usaha tersebut di tahun 2014, stelah sebelumnya dikelola ang ibu selama 37 tahun. Dalam kesempatan itu, Aldi pun menjelaskan di tahun 2010 warung kopi ini diperluas dengan penambahan area merokok di bagian belakang seluas 140 meter persegi. Kemudian di tahun 2021, dilakukan pemugaran dan renovasi untuk menjaga bentuk bangunan.
Dari pemugaran, ditemukan papan nama Tjhiang Shong She. Tapi yang tertinggal hanya potongan kata "Tjhiang Shong". Papan nama itu kemudian dipajang di dinding warung. "Kalau dilihat itu ada yang belang, Tjiang Shong doang, itu "she"-nya baru, pakai akrilik. Nah, itu sengaja, karena yang seharusnya Tjhiang Shong She menjadi satu kesatuan, cuma hilang," ujar Aldi.
Selain pajangan nama pertama kedai, ada juga perabotan peninggalan generasi sebelumnya yang disimpan hampir di setiap sudut ruangan. Lalu, pengunjung bisa melihat potret Bandung tempo dulu ditempel di dinding area depan yang merupakan bangunan lama. Potret tersebut membuat pengunjungnya bernostalgia ke masa lalu. "Orang yang duduk di seberang dari pigura itu sejauh apa pun masih bisa merasakan bagaimana Bandung zaman dulu," kata Aldi yang kini berusia 36 tahun.
Pilihan Editor: Pesona Sejarah Jalan Braga di Bandung, Dulunya Destinasi Belanja Kaum Elit Kolonial
NIA NUR FADILLAH
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika